Rabu, 10 September 2014

Berdagang Sapu Lidi

Dahulu kala (hehehe...), ketika saya baru mengenal internet lewat HP, yang kebetulan juga HP pemberian teman, saya termotivasi untuk memulai usaha dengan skala bergengsi dengan memanfaatkan internet. Hampir setahun saya utak atik internet HP (ndilalah mau ke warnet aja malu...hihihi), barulah saya bisa menemukan komoditi apa yang pantas dan bisa saya jual yang di internet sendiri amat sangat jarang orang mengiklankan.
Alkisah, hampir di setiap konten yang mengijinkan pemasangan iklan secara gratis, saya masukkan iklan "Jual Sapu Lidi", dan tahukah anda apa hasilnya?
Sejak saat itu email saya lumayan rame, bukan hanya email-email promosi tapi juga email yang menanyakan tentang sapu lidi. Waktu itu saya belum berani mencantumkan nomor kontak langsung, karena kuatir pas di kontak saya tidak memiliki kesiapan apapun, maklum namanya juga blajaran.
Mengingat semakin banyak pertanyaan, mulailah saya melakukan langkah-langkah, diantaranya; pasang speedy, kulakan sapu lidi secukupnya (waktu itu cuma limaratus ikat)  dan mengejar info serta mendatangi agen-agen penjual sapu lidi sebanyak mungkin, baik di daerah sendiri maupun di luar kota tempat sentra-sentra pengrajin sapu lidi.

Saya sungguh tidak menyangka bahwa ternyata menjual sapu lidi dengan cara seperti yang saya lakukan akan di respon oleh konsumen-konsumen yang membutuhkannya dalam jumlah banyak. Order pertama saya, yang langsung saya respon dan saya kirim adalah permintaan tigaratus ikat sapu lidi untuk sebuah pabrik yang lokasinya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Waktu itu saya cuma ambil keuntungan seratus rupiah per ikatnya, sebuah keputusan harga yang belakangan saya sesali, wkwkwkkkkk.......

Hingga pada suatu hari, waktu itu saya sedang berada di sebuah penginapan di Tuban untuk pekerjaan palawija, saya dihubungi oleh nomor yang tidak saya kenal.

"Pagi pak!"
"Ya....selamat pagi juga", jawab saya
"Bapak masih mainan lidi?", lanjut si penelpon
"Hmmm....perasaan saya sedang mainan HP mas, ada yang salah?", saya jawab sesuai yang dia tanyakan, meskipun saya tahu apa yang dimaksud oleh penelpon.
"Hahahahahaha.........iya..iya...maaf, pertanyaan saya salah ya?"

Begitulah awal pembicaraan yang pada akhirnya, mas Kokom, si penelpon tadi jadi rajin main ke rumah saya untuk bernegosiasi masalah sapu lidi. Ceritanya, lidi saya akan di beli oleh buyer dari China, Pak Sino namanya.

Demikian sekelumit cerita tentang bagaimana saya mengawali berjualan sapu lidi, semoga bermanfaat.

Senin, 15 Februari 2010

Mungkin aku lupa

Kaki dan tanganku masih meraba ujung cita-cita yang kemarin kau tanyakan padaku.

Padahal. . . Senja ketika kita bersama menghirup nafas kepasrahan, di depan kita nampak begitu indah jalan setapak dihiasi lilin dan lampion warna-warni.

Mungkin, memang begitu cara Tuhan mencintai kita.


Bukankah kau juga merasakannya

Kaki dan tanganku tak hendak berhenti sedetikpun mengabarkan keindahan dan kesucian.

Padahal . . . fajar sudah mengisyaratkan mendung kan datang menghadang setiap jejak yang ingin kuukir.

Mungkin, memang Tuhan sedang menguji….ku.


Kaki dan tanganku tiba-tiba terdiam, terhenyak lunglai tanpa nyawa, tersandar diantara do’a – do’a ku.

Tapi Tuhan masih menyisakan akal…

Tapi Tuhan masih menyisakan hati…

Tapi Tuhan masih menyisakan binar mata sayang dari istri dan anak-anakku.

Mungkin, Tuhan ingin menunjukkan kasih sayangnya lewat…mereka


Dan…Kali ini sengatan hati seperti membangunkanku untuk segera meraup mimpi lewat tetesan air yang mensucikan, lewat hentakan seluruh panca indraku yang tegak berdiri di atas altar…..memuji kebesaranMU, memuji keindahan yang KAU sembunyikan dibalik guratan kasar tangan-tangan kotor yang selalu menghalangiku.

Mungkin kemarin aku lupa, bahwa Tuhan tetap menyayangiku.


Mudah-mudahan kaki dan tanganku tak enggan lagi melukis mimpi yang sering kita jadikan hiasan bagi hidup kita.



Moko, Sidoarjo 02-10

Selasa, 09 Februari 2010

Jejak Ananda

Ananda
Ketika aku tak mampu lagi melihat jejakmu
Pasti karena aku lupa menyapamu

Ketika aku tak mampu menempuh jarakmu
tentu karena aku tak menyadari kemana angin berlalu

dan
ketika senja mengabarkan kebesaranNYA
mestinya aku lebih sering mengusapmu dengan linangan air mata bangga

Ananda
sejujurnya, kadang busur ini ragu untuk kulepas
padahal jejak demi jejakmu mampu mengukir bumi dengan hiasan-hiasan indah

Ananda
Maaf, jika akhirnya kau terpaksa mencari sendiri bayang-bayang yang engkau jinjing dari kami
tapi tak perlu engkau jadikan arahmu
karena sesungguhnya kau telah jalani takdirmu dengan pasti
maka, tak usah risau dengan bayang-bayang yang kau tinggal
biarkan aku sendiri yang berjanji padaNYA untuk setia mengikuti jejak-jejakmu dan membersihkan kerikil-kerikil yang menyelip diantara jari kakimu

Ananda
Percayalah di depan sana do’a kami menunggu

Untuk anak-anakku, kami menunggu sinar-sinar yang kau pijarkan di setiap langkahmu, aku dan ibumu tak akan pernah berhenti memohon anugrahNya untuk kalian.

Sidoarjo, 10 Feb 2010

Menguji “Kejantanan” Lelaki (SBY)

Terimakasih Rossy !, semalam anda telah mampu membuatku melongo sepanjang acara talk show yang menghadirkan Ibu Sri Mulyani dan keluarga.

Mungkin karena aku orang kecil yang mudah terpesona oleh “pertunjukan” luar biasa yang ditampilkan oleh seorang tokoh atau siapa saja, bahkan sering aku dibuat melongo oleh kemampuan para kompasianer menulis, padahal bapakku pernah bilang “dadi wong iku ojo gumunan”. Tapi sebagai manusia tentu aku punya naluri untuk membuat keputusan perihal kekaguman itu. Memang pada akhirnya kita sering menyadari bahwa pesona penampilan tidak serta merta memberikan jaminan bahwa kualitas di luar penampilan seseorang itu sama. Tidak bisa dipungkiri, meskipun gambaran luar dan dalam disadari tidak sama, kebanyakan orang cenderung memoles bagian luar dirinya saja agar tampak sesuai dengan tujuannya.

“Kejantanan” yang ditunjukkan oleh pribadi Sri Mulyani, baik dalam kaitannya dengan Century atau sisi lain kehidupan keluarga dan pekerjaannya membuatku ingin berkirim surat kepada seseorang yang selama ini telah membuatku terpesona oleh banyak penampilannya. Namun sebelumnya, sekali lagi aku ucapkan terimakasih buat Rossy yang telah menyadarkan keterpesonaan setiap orang (aku) terhadap orang lain.

Maaf, saking jengkelnya aku jadi ingin tergesa-gesa berkirim surat, mudah-mudahan sampai di tujuan dengan selamat tanpa ada halangan suatu apapun.

Sidoarjo, 8 Februari 2010

Kepada Yang Terhormat Presiden RI yang aku Kagumi

Minggu malam kemarin saya melihat Bapak berada di atas kendaraan tempur, memberi instruksi, bahkan memimpin langsung penyelamatan NKRI dari musuh yang menyusup ke wilayah kita.

Saya kagum, meskipun Bapak sudah jadi Presiden, Bapak masih menyempatkan diri untuk melatih intuisi dan kemampuan militer Bapak dengan memimpin langsung penyelamatan tersebut. Saya tetap kagum meskipun itu hanya latihan.

Minggu malam kemarin saya melihat Bapak memimpin rapat kabinet terbatas di atas kapal tempur.

Saya salut Bapak ! dengan demikian rakyat dan dunia tahu kalau Bapak “menguasai” bukan saja strategi militer, tapi juga peralatan dan personil tempurnya. Rakyat dan Dunia jadi tahu bahwa Bapak menguasai militer. Dan saya bangga dengan itu Bapak, setidaknya saya jadi yakin juga bahwa tidak akan ada kudeta yang diprakarsai oleh militer.

Minggu Malam kemarin saya menyaksikan acara Rossy yang menghadirkan Ibu Sri Mulyani dan keluarga. Satu hal yang saya kagumi dari Ibu Sri Mulyani, bahwa beliau seorang wanita yang lebih peduli dan fokus pada kebenaran atas keyakinan yang dilandasi segenap kemampuan integritas dan intelektualitasnya. Meskipun itu mengakibatkan beberapa pengamat menyatakan bahwa Sri Mulyani itu jutek, jaim dan sebagainya, tapi beliau tetap Sri Mulyani dan tidak melunturkan kekaguman orang terhadapnya.

Saya terbayang Bapak. Selama ini kesan yang Bapak berikan kepada saya (mungkin rakyat lainnya juga) bahwa Bapak adalah sosok Militer yang berhati nurani, Tidak suka dengan kekerasan tapi tegas dalam pengambilan keputusan (meskipun sebagian orang mengatakan lamban). Saya terkesan dengan kemampuan Bapak meyakinkan rakyat Indonesia hingga Bapak terpilih kembali sebagai Presiden untuk kedua kalinya. Meskipun sebetulnya, jujur saja,(maaf) selama ini saya belum pernah melihat Bapak menunjukkan kecerdasan Bapak dalam satu bidang keilmuan. Mungkin Kecerdasan Bapak ada di bidang menejemen kepresidenan ya Pak. Sebab saya agak kecewa, bahwa ternyata Bapak kurang memahami ilmu psikologi massa, sehingga Bapak (meskipun tidak Nampak marah) Nampak agak gusar dengan kehadiran Kerbau di acara demo. Padahal Bapak kan tidak hanya pemimpin kabinet, Bapak juga pemimpin rakyat. Kalau maunya saya sih biar itu di urus oleh aparat anak buah Bapak saja, Bapak nggak usah ikut-ikutan komentar.

Minggu malam kemarin, Bang Buyung (maaf, sampai berbuih-buih) beliau minta Bapak untuk menunjukkan kejantanan Bapak dalam kasus Century.

Bapak presiden yang terhormat, saat itu saya sempat merasa amat marah dengan pernyataan Bang Buyung, Masa presidenku yang gagah berani dibilang tidak jantan. Tapi setelah amarah ini sedikit redam, saya baru sadar, ternyata memang Bapak belum pernah menunjukkan peran Bapak dalam penyelesaian kasus Century kecuali membiarkan banyak pihak umek sendiri-sendiri. Padahal sampai detik ini saya masih yakin, Bapak sangat berperan besar demi selesainya kasus Century tersebut.

Minggu malam kemarin, ketika saya beranjak tidur, saya berharap akan bermimpi tentang Bapak yang dengan gagah berani mengundang Pansus dan seluruh pihak terkait melakukan rapat terbuka dikelilingi pesawat tempur milik Bapak (maksud saya TNI), dan di hadapan mereka semua Bapak katakan hal sebenarnya tentang Century, dan menyatakan bahwa Polemik Century akan saya akhiri dengan menyerahkan seluruh data dan pengetahuan saya terhadap hadirin semua untuk segera ditindak lanjuti sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Bapak presiden yang terhormat, sebagai sesame lelaki, saya ingin Bapak tidak mempermalukan Kejantanan kita.

Maafkan saya yang bodoh tapi jantan, Bapak.